Senin, 28 September 2009

LUKISAN T DAMARING

CATATAN PUTU SUGIH ARTA, TERHADAP LUKISAN ABSTRAK DAMAR



Mengurai detail seniman NTB dalam pergulatan dengan komunitas seni nusantara bahkan dunia, melalui perjalanan yang sangat panjang. Dari pemahaman konsep tradisi yang dilegalisasi oleh komunitas tradisi itu sendiri, sampai menjawab kegelisahan di era milenium yang mau tidak mau harus dihadapi dengan kesabaran, kendati tekanan terjadi bertubi-tubi dari segala penjuru arah. Justru, kondisi ini, akan mendewasakan iklim berkesenian untuk bisa menerima apa adanya.

Menurut Herry Dim, pergerakan proses berkesenian, dari tradisi menuju modern dan kini dari modern ke pasca modern ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Seni tradisi, adalah milik masyarakat yang mengusungnya. Sedangkan seni modern, karya cipta seniman ditandai dengan membubuhi tanda tangan sebagai bagian dari pertanggungjawaban ( responsibility ) bagi sang seniman kepada ruang publik. Karya seni mempunyai identitas sebagai bentuk representasi konsep. Namun, setelah pasca modern pergerakan semakin kompleks. Tumbukan antara seniman menjadi penting. Obyek, tidak berada pada kawasan penglihatan mata. Melainkan pada diri si seniman. Bukan hanya fisiknya, namun pergolakan batin yang terjadi pada diri seniman merupakan inspirasi karya yang tiada pernah habis. Tumbukan itu terjadi karena seniman dalam ruangan berbeda secara leluasa mengkritisi karya seniman lainnya dengan postulat yang dimilikinya.

Saya sependapat dengan Herry, apa pun alasannya konkritnya memang demikian adanya. Namun saya sedikit lebih menjauh dari postulat itu, ada ruang yang tak tersentuh oleh sang diri, dan berada pada titik balik di belakang sang diri. Di dalam ruang itu, terdapat ribuan, jutaan, milyaran …bahkan tak terhingga gagasan brilian yang apabila diformulasikan akan bermanfaat bagi kemajuan dunia.

Sekarang saya akan mengulas karya lukisan Damaring yang konon abstrak menurut Rip V. Dinar dalam pengantar katalog pameran lukisan catatan setelah 600 hari sang pelukis melakukan kontemplasi di Galeri Taman Budaya NTB 18 - 31 Juli 2009. Dalam pengamatan Rip, karya cipta Damaring adalah bagian dari rekontruksi teori kepribadian yang disingkap Carl Gustav Jung sehingga Rip dalam ulasannya meminjam kalimat yang pernah dilontarkan sang pakar manakala melihat lukisan abstrak. Secara datar, dimaknai Rip, Damaring bukan saja merenung, tapi bermimpi. Namun, sayang dalam tatanan represantasi konsep, kenapa mimpi itu demikian. Tidak memiliki kekuatan daya dobrak sehingga bermanfaat bagi apresian yang datang berkunjung, yang tentunya penuh harap mampu berdialog dengan gaya minimalis Damaring. Barangkali terlalu jauh menggunakan pendekatan Jung yang memaparkan konsep melalui terapi lukisan ( painting therapy ). Saya lebih merujuk pada model methodological behaviorism yang diungkapkan Burrhus Frederich Skinner, bukan behavior ortodoksnya Jung.
Pada tatanan pelukis muda aliran abstrak di Provinsi NTB, Damaring bukanlah Satar Tacik, Mahendra Kilia, Wayan Geredeg, Mantra atau pelukis wanita, Siva. Karya lukis abstraknya dengan leluasa bisa direpresantasikan melalui terapi-terapi Jung. Tapi Damaring adalah sosok manusia cerdas dengan kegelisahannya berusaha hari demi hari selama 600 hari membuat sejarah pada dirinya dengan cara melakukan perenungan intens untuk tujuan penguatan individu ( individual personal history of reinforcement ). Peran yang sangat kuat dari faktor genetis sangat mempengaruhinya, sehingga karya-karyanya berkutat pada kawasan lingkungan sosial. Ciri traumatik yang berpanjangan nampak jelas tergambar pada political colour, jejak suharto, bidak,pertautan 1, berserah diri dan catatan masa depan. Secara jujur, lukisan karya Damaring bukan mencerminkan mimpi si pelukis. Tapi mimpi semua orang. Sehingga daya kejut spontan tidak diperoleh. Biasa saja.

Coba direnungkan kembali, saran Herry Dim, bagaimana meniru kanakalan orang Jepang. Herry menyitir dengan lukisan bunga matahari karya Van Gogh di pasar lelang terkemuka dibayar sangat tinggi, tanpa diketahui siapa yang membeli ? Betapa terkejutnya dunia, ketika yang membeli orang Jepang, dipertunjukan saat pameran mobil produk Jepang dengan cara meletakkan sekenanya (performance art). Sekali lagi saya sependapat, namun dengan perumpamaan yang beda. Yakni, bagaimana Jepang berbuat nakal melalui film kartunnya.
Ceritanya begini.Suatu hari, Nobita bermimpi menemukan kabut merah jambu dari tengah hutan lantas memasukinya. Nobita terdampar di planet binatang di abad 22 yang bisa berbicara layaknya manusia, semua yang mendengar ceritanya menganggap Nobita masih kanak-kanak. Mana ada binatang bicara seperti manusia ? Hanya Sizuka yang percaya. Akhirnya, dibuktikan Nobita, mimpinya nyata. Teman-temannya percaya. Memang ada planet binatang, kabut merah jambu yang menjadi penghubung antara planet bumi dan planet binatang. Luar biasa kemajuan planet binatang, penataan lingkungan yang tidak semrawut jauh dari kondisi bumi yang kacau. Di sana, Nobita dkk berteman dengan anak anjing yang bernama Cip dan Romi. Setelah kembali ke bumi, ia mendengar jeritan sahabatnya Cip bahwa planetnya diserang Nimuge, mahluk bertopeng yang jahat. Romi ditawannya.Nobita, Doraemon dkk pun turun tangan menolong.Tatkala Nobita memasuki sarang Nimuge, ia mengetahui sebenarnya bahwa mahluk bertopeng itu adalah manusia.

Eksperimen Damaring, andaisaja menggunakan pendekatan Skiner, dari perjalanan karya-karya terdahulunya yang cenderung realis. Damaring masih labil di aliran abstrak, karena waktu 600 hari belum cukup ampuh menguatkan pribadinya. Pada usia yang masih muda, 30 tahun, Damaring masih perlu intens berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan di luar dirinya. Kemudian, aspek sublimasi dalam konten karya yang mencerminkan kematangan dengan cara lebih berani mengambil resiko sehingga ada kesan telah sering melakukan hukuman terhadap dua alternatif perilaku yang menguat akibat pengaruh lingkungan di luar diri. Sementara ini, pada lukisan yang disajikan tak ada ketegasan sublimasi yang dimaksud. Masih ada ketakutan, Damar mengambil keputusan. Pilihan mana yang harus diberi sangsi (punishment) dan pilihan mana yang diapresiasi (reward) mudah terbaca pada seluruh karya-karyanya. Jalan masih panjang. Rekontruksi renungan dalam kabut yang menggunung masih berada pada eksistensinya. Pujian baginya, terletak pada keluguan dan keberaniannya. Karena berani pameran berarti titik awal perjalanan menentukan pilihan mana yang sepatutnya diberikan sangsi, mana yang tidak. Sehingga kelak Damaring, adalah bagian dari pelukis bertema abstrak yang bernuansa metodelogi behavioris sejati. Bukan insting semata-mata, melainkan didukung oleh suatu proses kerja riset yang panjang.

Ya, meminjam pesan yang disampaikan oleh kartun Doraemon, si kucing sakti itu sangat cocok dengan representasi konsep karya Damaring. Dan, mungkin masih ada pelukis muda yang lahir kemudian.. Seyogyanya, mimpi perjalanan di kabut merah jambu adalah milik seni rupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar